SAMARINDA- Pelaku usaha lokal di daerah penyangga Ibu Kota Nusantara (IKN) harus terus-menerus berinovasi dengan menggabungkan keunikan budaya lokal dan sentuhan modern agar mampu memenuhi selera masyarakat modern.
Demikian disampaikan Koordinator Program studi Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan ilmu Politik Universitas Mulawarman (Fisip Unmul) Dr. Muhammad Zaini, M. Si. di Samarinda, Selasa (24/1/2023).
“Pelaku usaha lokal dalam kegiatan kesehariannya harus terus berinovasi dan berkreasi dalam produk-produknya, seperti dengan menggabungkan keunikan budaya lokal dan sentuhan modern suatu produk lokal demi memenuhi selera pembeli masyarakat modern, terutama kaum muda. Tuntutan adanya kualitas suatu barang dan jasa di masa sekarang ini harus selalu menjadi fokus perhatian para pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) di daerah-daerah penyangga IKN,” ungkapnya.
Dosen Unmul ini juga menambahkan Thailand dan Korea dari budayanya yang dikembangkan sedemikian rupa hingga orang mengenal produk-produk mereka. Kalau misalnya Korea dengan Drakornya, K-Popnya dikenal, kemudian produk-produknya dikenal, sehingga kita jangan satu strategi saja untuk memajukan kewirausahaan atau UKM lokal.
“Kita harus mengangkat budaya-budaya lokal kita, budaya yang diangkat ini utamanya adalah budaya tak benda, kalau budaya tak benda ini sudah terangkat atau dikenal maka pasti budaya bendanya seperti produk lokal atau makanan lokal juga akan dikenal, tinggal dikembangkan saja,” tuturnya.
Menurut Zaini, kesuksesan suatu UKM atau usaha juga tergantung dari seberapa gencarnya promosi yang bisa kita lakukan. Jika kita hanya jualan saja tanpa promosi terutama melalui seni dan budaya, maka kesuksesan usaha tersebut akan susah dicapai. Maka dari itu perlu juga dukungan dari pemerintah kita kepada seluruh pelaku seni budaya agar mampu mempromosikan budaya lokal kita sehingga outputnya nanti produk-produk lokal kita juga bisa laku terjual.
“Kesuksesan Korea karena promosinya yang luar biasa gencar dan juga karena sudah dirancang oleh negara mereka, contohnya mereka sudah digembleng pemerintahnya untuk bisa bahasa inggris, dari budaya bahasa ini mempermudah mereka untuk mempromosikan kebudayaan mereka sendiri dan akhirnya produk mereka laku terjual, karena seperti kata pepatah “kalau tak kenal, maka tak sayang" tutur Zaini
"Selain promosi penting juga bahwa usaha lokal kita memiliki akses jalan dan infrastruktur yang baik, maka dari itu penting juga bahwa IKN ini yang sedari sekarang sudah mulai dari nol, mulai dari hutan, untuk memiliki masterplan yang konkret dalam segala aspek sehingga nantinya semua sudah tertata. Jika segala kebutuhan dasar seperti pendidikan, pangan, kesehatan dan lain-lain sudah disiapkan, maka hal itu akan membuka lapangan usaha mulai dari UKM hingga segala macam kewirausahaan akan mengikuti seiring dengan kedatangan aparatur negara dan pendatang ke IKN yang jumlahnya ratusan ribu, bahkan bisa jutaan"
Semua perpindahan masyarakat ke IKN akan membuat perubahan sosial dan ekonomi yang luar biasa ke Kaltim, sehingga harus di antisipasi oleh Kaltim dengan menyiapkan sumber daya manusianya. Jangan sampai nanti seperti penduduk asli Jakarta, suku Betawi yang akhirnya tersisi karena kalah bersaing dengan pendatang yang membawa berbagai macam kemampuan di bidang Ilmu pengetahuan, teknologi dan moda, sehingga harus ada keberpihakan. Walaupun sebenarnya keberpihakan itu tidak boleh, akan tetapi kita harus menempatkan orang-orang lokal sebagai pelaku juga di IKN, bukan hanya penonton saja. Kalau di budaya itu ada cagar budaya, di alam ada cagar alam, di lokal juga harus seperti itu, selain kita harus bersaing, kita juga harus ada kebijakan yang melindungi masyarakat lokal agar bisa kita sebut adil atau fair,” tutupnya mengakhiri.
Warta Kaltim @2023- Reynaldy - Ence
Berita lainnya...