NEWS:

  • DP3A Kutai Timur Selenggarakan Pelatihan Konvensi Hak Anak(KHA), Hadirkan Ketua KPAD Kaltim dan Sudirman ABD Latif dari Batam
  • Rivan A. Purwantono Pastikan Korban Tabrakan Beruntun Tol Cipularang Dapat Pelayanan Terbaik di RS Abdul Radjak
  • Seluruh Korban Terjamin, Jasa Raharja Proaktif Data Korban Tabrakan Beruntun di Tol Cipularang
  • Berhasil Jalankan Tata Kelola untuk Tingkatkan Pelayanan, Jasa Raharja Raih Penghargaan sebagai Best BUMN Awards 2024
  • Rivan A. Purwantono: Langkah Strategis Penegakkan Hukum Lalu Lintas Penting Terus Dilakukan Karena Mayoritas Kecelakaan Diawali Pelanggaran 

Dr Michael Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas MulawarmanSAMARINDA – Investasi pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) diharapkan bersifat investasi fresh money bersifat permanen sekaligus membuka lapangan pekerjaan yang bermanfaat dalam jangka waktu lama atau seumur hidup, hal tersebut yang dapat meningkatkan perekonomian negara. Seperti  investasi KFC dan Maspion. Fresh Money ini yang biasa disebut Investasi Hijau. Masukkan kepada Pemerintah/pihak Otorita IKN dari Dr. Michael, S.E. M.E, selaku Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mulawarman (FEB Unmul), ketika di FEB Unmul, Kota Samarinda, Jumat (13/01/2023).

“Dalam jangka pendek yang pasti pembangunan IKN itu sendiri belum memberikan dampak yang signifikan dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia, baik perekonomian regional maupun nasional, meskipun sudah tampak pembangunan tersebut, kecuali dalam jangka panjang baru kemudian ada dampak signifikan.”, tutur Michael.

 Lanjut, menurut michael untuk melihat peningkatan ekonomi akibat pembangunan IKN, ukurannya dapat ditentukan melalui peningkatan pendapatan nasional, peningkatan aset penduduk dan perkembangan aksesibilitas. Jika tiga indikator ini tidak dapat dipenuhi dalam pembangunan IKN, maka dalam ilmu ekonomi, IKN ini tidak memenuhi sasaran pembangunan.

“Dalam jangka panjang yang bisa diharapkan, IKN ini harus bisa mendekati perkembangan yang dicapai Jakarta saat ini. Ada dua hal yang bisa kita lihat pertama Proximity, artinya IKN ini paling tidak sama dengan Jakarta yang ada sekarang bahkan kalau bisa harus lebih dari Jakarta. Kedua Amenities, di IKN ini sendiri harus tersedia berbagai fasilitas baik itu pendidikan, rumah sakit ataupun apa saja yang dibutuhkan masyarakat setempat. Fasilitas ini bukan hanya dalam cakupan regional/nasional, kalau bisa sampai internasional dan bagi saya sendiri Pembangunan IKN ini saya apresiasi secara positif, karena itu bisa memberikan dampak untuk mengurangi dikotomi antara Pulau Jawa dengan Pulau Lain atau dikotomi Barat dan Timur.”, tutur Michael.

Michael memberikan catatan, untuk melihat kemajuan yang terjadi akibat pembangunan IKN harus dilakukan studi komparatif sebelum dan sesudah pembangunan, tidak bisa hanya dilihat begitu saja. Misal untuk melihat peningkatan aset masyarakat, harus dilihat sebelum dan sesudah pembangunan IKN, begitu juga dengan aksesibilitas maupun pendapatan warga. Hal ini sangat penting karena sampai sekarang belum ada yang terpikir sampai kesana, tanpa studi komparatif ini kita tidak bisa menjustifikasi ada kemajuan.

“Harapan saya bahwa IKN ini tetap harus bisa dibangun sedemikian rupa, bahwa IKN ini harus diupayakan menjadi Proximity dari Jakarta dan Amenities dari Jakarta bahkan kalau bisa lebih dari Jakarta. Apalah gunanya membangun IKN jika tidak ada Proximity dan Amenitiesnya, ini kuncinya pembangunan dari aspek perekonomian regional/wilayah dan nasional secara makro. Berikutnya lagi kemampuan pemerintah dengan kebijakan ekonomi-nya dan kemampuan bank sentral dalam mengayomi empat pasar, pasar komoditas/sektor riil, pasar uang, pasar tenaga kerja dan pasar surat-surat berharga. Kalau keempat pasar ini betul-betul bisa dijalankan di IKN maka IKN sebagai Pusat Peradaban Baru pasti bisa diwujudkan.”, tutur Michael sebagai penutup.

Warta Kaltim @2023- Reynaldy



Mencari Sumber Alternatif Dana Pembangunan IKN
Kamis, 18 Agustus 2022
By OPINI IKN

NEXT

WARTA UPDATE

« »