Belakangan ini Indonesia ramai membincangkan pohon bajakah yang menjadi inovasi obat kanker payudara. Hasil penelitian dari dua siswa SMAN 2 Palangka Raya ini menang dalam lomba World Invention Creativity (WICO) di Seoul, Korea Selatan bulan Juli lalu.
Namun ternyata penggunaan tanaman sebagai obat berbagai jenis penyakit sudah dilakukan suku Dayak jauh sebelum penemuan khasiat pohon bajakah ini. Bahkan menurut riset, suku Dayak tercatat memanfaatkan 47 jenis tumbuhan dengan kegunaan yang berbeda-beda pula.
Ini disebabkan oleh pendirian suku Dayak di Kalimantan Timur yang mempertahankan tradisi yang diturunkan dari generasi ke generasi. Mereka tetap memanfaatkan tumbuhan sebagai obat maupun untuk menjaga kesehatan. Berikut beberapa tanaman andalan suku Dayak:
1. Rumput Bulu
Suku Dayak menggunakan bagian akar dan daunnya untuk mengobati sakit perut. Tanaman Ageratum conyzoides ini diremas-remas dan diseduh. Setelah itu dibalurkan di sekitar pusar untuk mengurangi rasa sakit. Beberapa manfaat lain dari tanaman ini adalah mengobati demam, sakit tenggorokan, hingga diare.
Gambar : Tanaman Rumput Biru
Tumbuhan ini juga digunakan oleh masyarakat Sunda untuk menyembuhkan luka dan bisul. Seluruh bagian tanaman ditumbuk dan dicampur dengan kapur sirih. Kandungan utama yang ada dalam tanaman ini adalah asam amino yang baik untuk tubuh.
2. Halalang
Tanaman ini digunakan oleh suku Dayak untuk mengobati pendarahan dan sakit gigi. Bagian tanaman yang digunakan adalah akar. Ini disebabkan karena kandungan asam kersik dan logam alkali di dalamnya. Nama ilmiah tanaman ini adalah Imperata cylindrica.
Gambar : Tumbuhan Halalang
Hasil penelitian di Jepang juga menunjukkan bahwa masing-masing tumbuhan ini bisa digunakan sebagai obat berkat kandungannya yang kaya dan dapat menjaga kesehatan tubuh.
3. Bopot
Akar dan daun tanaman Jasminum pubescens ini diyakini suku Dayak dapat menyembuhkan muntaber. Tanaman asli Indonesia ini memiliki banyak khasiat dengan sebutan yang berbeda-beda pula. Sering dikenal dengan sebutan gambir hutan dan masih satu keluarga dengan melati.
Gambar : Bopot
Jika tanaman ini diramu dengan daun sembung, daun meniran, dan temulawak maka dapat dikonsumsi untuk obat sakit kuning. Tidak heran tanaman ini juga terkenal di Jawa dengan sebutan Poncosuda dan di Sunda dengan sebutan Malati Areuy.
4. Sengkepok
Tanaman ini tumbuh liar di kebun atau tanah yang lembap. Masyarakat suku Dayak menggunakan akarnya untuk mengobati penyakit cacar. Bahkan seluruh bagian Physalis minima ini dapat digunakan untuk obat gusi berdarah, bisul, dan mulas. Kandungan flavonoid dan polifenol di tumbuhan ini berkhasiat untuk antioksidan.
Gambar: Tanaman Sengkepok (Physialis minima)
5. Beluntas
Suku Dayak merebus daun beluntas dan meminum airnya sebagai obat keputihan. Dengan nama ilmiah Pluchea indica, tanaman ini dapat ditemukan di seluruh Asia Tenggara dan Cina Selatan.
Gambar : Beluntas
Bahkan semua bagian dari tumbuhan ini dapat dimanfaatkan, baik segar maupun setelah dikeringkan. Khasiat lain yang bisa didapatkan dari tumbuhan ini adalah mengobati kencing darah dan gangguan pencernaan.
Ini membuktikan bahwa suku Dayak di dalam hutan Kalimantan Timur selain melestarikan tradisi, juga berkontribusi untuk perkembangan obat-obatan herbal di Indonesia.
6. Meniran
Penelitian Maharani Nida Ervina dan Yatin Mulyono Prodi Tadris Biologi, IAIN Palangka Raya menjelaskan masyarakat suku Dayak Ngaju Kalimantan Tengah menggunakan ekstrak daun meniran hijau dibuat ramuan dicampurkan dengan kasai tai handalai (kotoran cacing tanah) dipercaya mampu menyembuhkan penyakit kulit kayap ular (herpes zoster) dengan metode penggunaan sebagai obat luar serupa salep. Terdapat beberapa perlakuan khas
menurut tradisi setempat, yaitu (1) pembuatan ramuan harus dilaksanakan menjelang senja, (2) ada doa tertentu saat pengobatan, (3) pengobatan selama 3 hari berturut-turut dan harus dimulai dari hari jumat, (4) pasien diharuskan membawa jarum. Kandungan ekstrak meniran hijau memiliki kontribusi besar dalam campuran racikan kasai tai handalai. Antrakuinon yang terkandung pada ekstrak meniran membantu merangsang meningkatnya imunitas tubuh dengan mendorong limfosit T aktif bekerja, zat quercetin berperan sebagai anti-inflamasi, dan kandungan alkaloid pada meniran berperan sebagai anti-nociceptive. Kotoran cacing mengandung mineral berupa Zinc (Zn) yang juga memiliki peran besar dalam penyembuhan herpes zoster serta menutrisi kulit.
Gambar: Meniran (Phyllanthus urinaria, L.).
Meniran yang memiliki nama ilmiah Phyllanthus niruri dari famili Euphorbiaceae. Di beberapa daerah, meniran dikenal dengan nama kilaneli (India), zhen chu cao, ye xia zhu (China), child pick a back (Inggris), stone breaker, shaterrstone, chamber bitter, leafflower, quinine weed (Amerika Selatan), dan arrebenta pedira (Brasil).
Di beberapa daerah di Indonesia, meniran dikenal dengan nama lokal ba’me tano, sidukung anak, dudukung anak, baket sikolop (Sumatera), meniran ijo, meniran merah, memeniran (Jawa), bobolungo, sidukung anak (Sulawesi), gosau ma dungi, gusau ma dungi roriha, belalang babiji (Maluku). Suku Dayak dan Banjar menyebutnya (ambin buah).
Meniran dikutip dari usu.ac.id, memiliki rasa pahit, agak asam, serta bersifat sejuk atau mendinginkan. Secara empiris dan klinis, herba meniran berfungsi sebagai antibakteri atau antibiotik, antihepatotoksik (melindungi hati dari racun), antipiretik (pereda demam), antitusif (pereda batuk), antiradang, antivirus, diuretik (peluruh air seni dan mencegah pembentukan kristal kalsium oksalat), ekspektoran (peluruh dahak), hipoglikemik (menurunkan kadar glukosa darah), serta sebagai immunostimulan (merangsang sel imun bekerja lebih aktif).
Dr Suprapto Ma’at Apt MS, dosen penyakit infeksi dan peneliti obat herbal Fakultas Kedokteran Unair Surabaya, telah meneliti khasiat ekstrak meniran. Uji praklinis pada mencit (tikus putih) membuktikan ekstrak meniran dapat meningkatkan kekebalan. Bahkan ketika dilakukan uji klinis di berbagai rumah sakit juga terbukti bahwa khasiat ekstrak meniran berkhasiat dalam membantu penyembuhan penyakit tuberkulosis, hepatitis dan vulvovaginitis.
Penemuan itu telah mendapatkan penghargaan dari BJ Habibie Technology Award 2008. Penemuan itu juga telah dipatenkan oleh Dirjen HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual Indonesia) pada tahun 2008.
“Satu-satunya obat tradisional yang tidak dapat disaingi obat kimia adalah obat yang dapat mengutak-atik sistem imun tubuh yang dikenal dengan nama immunomodulator,” katanya, dikutip dari Kompas, 22 Agustus 2008.
Meniran yang sudah menjadi obat herbal, telah teruji dengan baik yakni dengan 15 uji klinis. Obat herbal ini juga telah memperoleh serifikat Fitofarmaka dari BPOM.
Manfaat Herbal Tanaman Meniran
Terdapat beberapa jenis meniran, tetapi yang lebih dikenal masyarakat umum dan yang biasa digunakan untuk pengobatan hanya dua spesies, yaitu Phyllanthus niruri, L., dan Phyllanthus urinaria, L. Keduanya memiliki bentuk morfologi serta khasiat yang hampir sama untuk pengobatan.
Secara etnofitomedika, dikutip dari usu.ac.id, meniran telah lama digunakan masyarakat di berbagai belahan dunia. Di Indonesia yang kaya akan flora hutan tropis, meniran secara tunggal atau diramu bersama tumbuhan obat lain secara turun-temurun digunakan untuk mengobati beragam penyakit, seperti diare, malaria, sariawan, batu ginjal, sakit kuning, ayan, sakit gigi, gonorhoe, dan antiradang (Kardinan dan Kusuma, 2004).
Di Vietnam dan Kamboja, meniran digunakan untuk menangkal TBC. Di Thailand, secara tradisional herba ini digunakan untuk menangkal demam dan peluruh air seni. Di Malaysia meniran digunakan untuk menghadang penyakit kulit, sifilis, dan gonorhoe.
Sementara itu, di India berdasarkan pengobatan Ayurveda, sejak 2.000 tahun yang lalu, meniran secara luas digunakan untuk mengobati gangguan menstruasi, diare, gangguan pada kulit, diabetes, kencing nanah, dan terbukti mampu mengatasi hepatitis B.
Di Peru, meniran dicampur dengan perasan air jeruk nipis, diminum sebagai tonikum untuk penderita diabetes mellitus dan penderita hepatitis. Di Suriname, meniran digunakan untuk menangkal kolik, gangguan ginjal, dan berbagai penyakti lever akut atau kronis.
Tumbuhan meniran menurut Wikipedia, memiliki senyawa kimia zat filantin, kalium, dammar, dan zat penyamak. Tumbuhan ini dapat digunakan untuk obat penyakit kuning, disentri, batuk, demam, ayan, haid berlebihan dan malaria. Meniran, dikutip dari unsrat.ac.id, juga memiliki kandungan senyawa yang bersifat antijamur seperti flavonoid, tanin, dan saponin.
Tim peneliti dari Bagian Farmakologi dan Terapi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado, melakukan penelitian dengan uji efek antipiretik ekstrak meniran pada tikus wistar jantan yang diinduksi vaksin DPT HB. Induksi demam pada hewan uji, dilakukan menggunakan vaksin DPT-HB 0,2ml secara intramuskular.
Hasil penelitian memperlihatkan pemberian ekstrak meniran dengan dosis 300 mg/200 grBB menunjukkan penurunan suhu rektal lebih besar dibanding dengan dosis 100 dan 200 mg/200 grBB selama 180 menit pengukuran. Hasilnya menunjukkan ekstrak meniran memiliki efek antipiretik pada tikus Wistar.
Tim peneliti dari Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, meneliti uji daya hambat ekstrak meniran terhadap pertumbuhan Candida albicans yang diisolasi dari plat gigi tiruan lepasan akrilik.
Candida albicans merupakan flora normal di dalam mulut, namun pada pengguna gigi tiruan akrilik Candida albicans dapat tumbuh dengan pesat jika tidak dijaga kebersihannya. Pertumbuhan jamur Candida albicans berlebihan dapat menyebabkan infeksi pada rongga mulut pengguna gigi tiruan akrilik.
Meniran menjadi alternatif untuk menanggulangi jamur Candida albicans. Kesimpulan penelitian mereka menyebutkan ekstrak meniran memiliki kemampuan dalam menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans yang diisolasi dari plat pengguna gigi tiruan lepasan akrilik.
Tim peneliti Program Pasca Sarjana Anti-Aging Medicine Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar, meneliti gel ekstrak daun meniran meningkatkan epitelisasi penyembuhan luka pada kulit tikus putih jantan galur wistar. Daun meniran mengandung molekul bioaktif yang berefek pada penyembuhan luka, dan antimikroba. Hasil penelitian menunjukkan pemberian gel ekstrak daun meniran dapat meningkatkan epitelisasi jaringan luka pada kulit tikus wistar jantan.
Tim peneliti mahasiswa UGM, dikutip dari ugm.ac.id, meneliti imer dan meniran, yang dikenal dapat mengobati radang atau bengkak. Daun imer memiliki kandungan senyawa securinine tinggi yang dapat menurunkan inflamasi. Sementara daun meniran mengandung senyawa filantin dan terbukti memiliki aktivitas anti-inflamasi sehingga dapat menguatkan imunitas.
Penelitian dilakukan dengan mengekstrak kedua daun tersebut. Selanjutnya, ekstrak diujikan pada tikus yang sebelumnya telah diinduksi dengan senyawa inflamasi pada bagian kakinya. Selain melakukan uji secara in vivo pada tikus, dalam penelitian yang dilakukan pada Januari-Agustus 2016 lalu ini juga dilakukan uji in silico untuk mengetahui mekanisme daun imer dan meniran dalam menghambat inflamasi.
Hasil penelitian menunjukkan senyawa securinine dan filantin mampu menghambat enxim cox-2 yang menimbulkan inflamasi. Penelitian terkait penggunaan daun meniran dan imer secara bersamaan untuk obat inflamasi ini, dan pertama kali dilakukan di dunia. Selama ini, penelitian baru dilakukan hanya pada meniran atau imer, belum berupa kombinasi keduanya.
Obat anti inflamasi yang diberi nama Nutrasetikal Imer Meniran atau disingkat dengan Nu Imran ini diharapkan dapat menjadi alternatif bagi masyarakat dalam pengobatan inflamasi.
Penelitian Tita Bariah Siddiq dari Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung, mengenai pengaruh herba meniran sebagai antihepatotoksik, menyebutkan zat aktif yang terkandung di dalam meniran yang mempunyai efek terkuat sebagai antihepatotoksik adalah filantin dan hipofilantin. Kedua senyawa itu termasuk golongan lignan yang mempunyai gugus hidrogen bebas. Hidrogen bebas itu bekerja sebagai antioksidan, yang akan berikatan dengan radikal bebas yang terdapat di dalam zat-zat toksik yang sering menyebabkan kerusakan hati.
Melalui penelitian itu Tita Siddiq ingin mengetahui apakah meniran dapat dijadikan sebagai salah satu altematif pengobatan hepatotoksik sehingga masyarakat dapat menggunakan tanaman ini sebagai salah satu obat antihepatotoksik. Hasil penelitian menunjukkan meniran mempunyai efek sebagai antihepatotoksik, dengan mekanisme kerjanya sebagai antioksidan.
Sumber:
https://www.goodnewsfromindonesia.id
Ervina, Maharani Nida Ervina dan Yatin Mulyono. 2019. "Etnobotani Meniran Hijau (Phyllanthus Ninuri L) Sebagai Potensi Obat Kayap Ular (Herpes Zoster) dalam Tradisi Suku Dayak Ngaju". Jurnal Jejaring Matematika dan Sains, Vol. 1, No. 1, 2019.