Penyakit jantung koroner telah menjadi pembunuh nomor satu di dunia yang termasuk dalam kelompok penyakit kardiovaskular saat ini (WHO 2009). Terdapat beberapa faktor risiko terkait kejadian penyakit jantung koroner, antara lain adalah merokok, kadar kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, aktivitas fisik rendah, obesitas, diabetes mellitus (AHA 2016).
Tingginya kadar kolesterol telah menjadi penyebab utama timbulnya penyakit jantung koroner dan stroke, baik pada negara maju maupun berkembang (WHO 2009). Individu dengan kadar kolesterol total tinggi (>260 mg/dl) mempunyai risiko dua kali terkena penyakit jantung koroner dibanding dengan individu dengan kadar kolesterol normal. Populasi dengan harapan hidup baik dan insiden penyakit kardiovaskular yang rendah mempunyai nilai kolesterol rata-rata dalam batas 160-180 mg/dl (Wiyono et al. 2004).
Prevalensi kadar kolesterol yang tinggi, terjadi lebih banyak pada wilayah Eropa (54%), diikuti wilayah Amerika (48%), dan wilayah Asia Tenggara (39%). Negara berpenghasilan tinggi dilaporkan memiliki kejadian hi-perkolesterolemia yang lebih besar dibandingkan negara dengan penghasilan rendah (WHO 2009).
Masyarakat Indonesia telah banyak memanfaatkan berbagai jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai alternatif untuk menunjang kesehatan, namun sebagian masyarakat Indonesia belum sepenuhnya mengetahui jenis, manfaat ataupun cara penggunaan tanaman obat tersebut (Syarif et al. 2011).
Salah satu jenis buah yang sudah banyak dimanfaatkan di Indonesia adalah Buah Naga (Hylocereus sp.). Selain rasanya yang enak dan cukup digemari masyarakat, beberapa penelitian menyatakan bahwa buah naga memiliki khasiat untuk kesehatan manusia (Kristanto 2014). Buah naga memiliki kandungan zat yang baik untuk tubuh, khususnya zat yang berperan untuk menurunkan kadar kolesterol total darah, seperti senyawa antioksidan (fenol, flavonoid, vitamin C dan betasianin), vitamin B3 (niasin), serat, MUFA (monounsaturated fatty acid), dan PUFA (polyunsaturated fatty acid) (Pareira 2010).
Buah naga merah memiliki kandungan vitamin C, vitamin B3 (niasin), serat dan betasianin yang lebih tinggi dibandingkan buah naga putih (Mahattanatawee et al. 2006; Tang & Norziah 2007; Choo & Yong 2011, Pareira 2010 ; Liniawati 2011). Sedangkan buah naga putih memiliki kandungan fenol dan asam lemak tidak jenuh (MUFA dan PUFA) yang lebih tinggi dibandingkan buah naga merah (Ariffin et al. 2009 ;Choo & Yong 2011).
Uji skrining fitokimia didapatkan bahwa buah naga merah dan buah naga putih memiliki kandungan fitokimia seperti alkaloid, saponin dan titerpenoid, dimana senyawa tersebut memiliki peran dalam menurunkan kadar kolesterol darah (Bogoriani 2015 ; Warditiani et al. 2015 ; Budiarto et al. 2016).
Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol buah naga merah dengan dosis 60 mg/200gBB/hari mampu menurunkan kolesterol total sebesar 63,33% (Indriasari 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Pareira pada tahun 2010 menunjukkan bahwa jus buah naga putih dosis 10,8 g/200gBB/hari mempu-nyai efek menurunkan kadar kolesterol total darah yang tidak berbeda secara signifikan dengan simvastatin dosis terapi (Pareira 2010).
Bedasarkan perbedaan kandungan kadar zat diantara kedua jenis spesies buah naga, dan penelitan terdahulu, maka peneliti tertarik untuk membandingkan efek kedua jenis buah naga dalam menurunkan kadar kolesterol total darah.
Berikut ini perbedaan kadar zat yang berperan dalam menurunkan kadar kolesterol darah diantara Buah naga Merah dan Buah naga Putih yaitu:
Buah naga merah memiliki kandungan vitamin C sebesar 32,65 ± 1,59 mg, lebih besar daripada buah naga putih yang hanya 31,05 ± 1,22 mg (Choo & Yong 2011). Vitamin C berperan dalam membantu reaksi hidroksilasi pembentukan garam empedu. Meningkatnya pembentukan garam empedu akan menyebabkan ekskresi kolesterol meningkat sehingga dapat menurun-kan kadar kolesterol darah (Hapsari & Kusumastuti 2014).
Buah naga merah memiliki kandungan serat pangan (dietary fiber) sebesar 3,2g/100g buah, lebih tinggi dibandingkan kandungan serat pangan buah naga putih yang hanya sebesar 1,1g/100g buah (Mahattanatawee et al. 2006). Dalam saluran pencernaan serat dapat mengikat garam empedu (produk akhir kolesterol) kemudian dikeluarkan bersamaan dengan feses. De-ngan demikian, serat pangan mampu mengurangi kadar kolesterol dalam plasma darah. Pada serat pangan yang larut air, akan dengan mudah terfermentasi. Produk hasil fermentasi serat pangan oleh bakteri usus, yaitu Short Chain Fatty Acids (SCFA) atau disebut juga asam lemak rantai pendek juga memiliki pengaruh terhadap penurunan kolesterol, yaitu dari pembentukan propionat, yang dapat menginhibisi enzim HMG-KoA reduktase, sehingga menghambat sintesis kolesterol (Fairudz & Nisa 2015).
Buah naga merah memiliki kandungan vitamin B3 (niasin) yang lebih tinggi daripada buah naga putih yaitu sebesar 1,3 mg/100g buah, sedangkan pada buah naga putih hanya sebesar 0,2 mg/100g buah (Pareira 2010 ; Liniawati 2011). Niasin menghambat lipolisis trigliserida oleh hormon sensitive lipase dalam jaringan adiposa sehingga mengurangi transpor asam lemak bebas ke hati dan menurunkan sintesis trigliserida. Penurunan sintesis trigliserida ini akan menyebabkan berkurangnya produksi VLDL (very low density lipoprotein) sehingga kadar LDL (low density lipoprotein) menurun. Selain itu, niasin juga meningkatkan aktivitas LPL (Lipoprotein Lipase) yang akan menurunkan kadar kilomikron dan trigliserida VLDL (Furi & Wahyuni 2011).
Buah naga merah memiliki kandungan vitamin C sebesar 32,65 ± 1,59 mg, lebih besar da-ripada buah naga putih yang hanya 31,05 ± 1,22 mg (Choo & Yong 2011). Vitamin C berperan dalam membantu reaksi hidroksilasi pembentukan garam empedu. Meningkatnya pembentukan garam empedu akan menyebabkan ekskresi kolesterol meningkat sehingga dapat menurun-kan kadar kolesterol darah (Hapsari & Kusumastuti 2014).
Buah naga merah memiliki kandungan serat pangan (dietary fiber) sebesar 3,2g/100g buah, lebih tinggi dibandingkan kandungan serat pangan buah naga putih yang hanya sebesar 1,1g/100g buah (Mahattanatawee et al. 2006). Dalam saluran pencernaan serat dapat mengikat garam empedu (produk akhir kolesterol) kemudian dikeluarkan bersamaan dengan feses. De-ngan demikian, serat pangan mampu mengurangi kadar kolesterol dalam plasma darah. Pada serat pangan yang larut air, akan dengan mudah terfermentasi. Produk hasil fermentasi serat pangan oleh bakteri usus, yaitu Short Chain Fatty Acids (SCFA) atau disebut juga asam lemak rantai pendek juga memiliki pengaruh terhadap penurunan kolesterol, yaitu dari pembentukan propionat, yang dapat menginhibisi enzim HMG-KoA reduktase, sehingga menghambat sintesis kolesterol (Fairudz & Nisa 2015).
Buah naga merah memiliki kandungan vitamin B3 (niasin) yang lebih tinggi daripada buah naga putih yaitu sebesar 1,3 mg/100g buah, sedangkan pada buah naga putih hanya sebesar 0,2 mg/100g buah (Pareira 2010 ; Liniawati 2011). Niasin menghambat lipolisis trigliserida oleh hormon sensitive lipase dalam jaringan adiposa sehingga mengurangi transpor asam lemak bebas ke hati dan menurunkan sintesis trigliserida. Penurunan sintesis trigliserida ini akan menyebabkan berkurangnya produksi VLDL (very low density lipoprotein) sehingga kadar LDL (low density lipoprotein) menurun. Selain itu, niasin juga meningkatkan aktivitas LPL (Lipoprotein Lipase) yang akan menurunkan kadar kilomikron dan trigliserida VLDL (Furi & Wahyuni 2011).
Buah naga merah memiliki pigmen berwarna merah yaitu betasianin. Betasianin merupakan turunan dari betalain. Betalain telah diteliti manfaatnya sebagai antiradikal dan senyawa antioksidatif (Pertiwi 2014). Kandungan betalanin dalam buah naga merah dapat menekan produksi asam lemak rantai pendek dan mencegah peningkatan serum total kolesterol pada tikus dengan dislipidemia (Febriani et al. 2016). Buah naga merah memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan buah naga putih, dimana aktivitas antioksidan buah naga merah sebesar 134,1±30,1μg GA/g puree dan pada buah naga putih sebesar 34,7±7,3μg GA/g puree diukur dengan metode DPPH (Mahattanatawee et al. 2006).
Buah naga putih memiliki kandungan fenol total sebesar 28,65±1,79 mg gallic acid /100g buah, lebih besar dibandingkan dengan buah naga merah yang hanya 24,22±0,95 mg gallic acid/100g buah (Choo & Yong 2011). Senyawa fenol dapat berfungsi sebagai antioksidan karena kemampuannya meniadakan radikal bebas dan radikal perioksida sehingga efektif dalam menghambat oksidasi lipid (Susanti & Panunggal 2015). Flavonoid adalah antioksidan eksogen yang telah dibuktikan bermanfaat dalam mencegah kerusakan sel akibat stres oksidatif. Flavonoid sebagai antioksidan secara langsung adalah dengan mendonorkan ion hidrogen sehingga dapat menetralisir efek toksik dari radikal bebas (Sumardika & Jawi 2012).
Buah naga putih memiliki kandungan asam lemak tidak jenuh lebih besar dibandingkan de-ngan buah naga merah (Ariffin et al. 2009). Efek penurunan kadar kolesterol LDL oleh MUFA dan PUFA berkaitan dengan bertambahnya jumlah aktivitas reseptor LDL. Diet tinggi MUFA 20% dari total kalori dapat menurunkan kadar kolesterol total 10%, LDL 14% dan Trigliserida 13% (Wahyuningsih &Wirawanni 2013).
Buah naga merah dan buah naga putih juga memiliki kandungan senyawa fitokimia yang berperan dalam menurunkan kadar kolesterol darah, yaitu senyawa alkaloid, saponin dan titerpenoid (Tabel 5). Senyawa alkaloid mampu menghambat kinerja enzim lipase dalam saluran cerna sehingga absorpsi lemak dalam tubuh berkurang (Budiarto et al. 2016). Efek utama saponin terhadap pencernaan lipid terlihat melalui efek asam empedu. Saponin membentuk misel dengan asam empedu, akibatnya kemampuan asam empedu untuk membentuk misel dengan asam lemak berkurang (Bogoriani 2015). Terpenoid berperan dalam menghambat biosintesis kolesterol dengan mengatur degadasi enzim 3-hidroksi-3-metilglutaril (HMG-KoA) reduktase (Warditiani et al. 2015).
Sumber: Jurnal Prakoso, Luthfi Octafyan dkk. 2017. Perbedaan Efek Ekstrak Buah Naga Merah (Hylocereus Polyrhizus) Dan Ekstrak Buah Naga Putih (Hylocereus Undatus) Terhadap Kadar Kolesterol Total Tikus Putih (Rattus Norvegicus). J. Gizi Pangan, November 2017, 12(3):195-202