Plak gigi merupakan salah  satu  masalah kesehatan mulut dan  gigi  yang disebabkan oleh pembentukan  biofilm oleh  mikroba  mulut Loesche, 1996). Plak  berperanan penting dalam perkembangan karies  gigi dan penyakit periodon tal (Shulman,  1994).  Biofilm sendiri   merupakan suatu lapisan yang  dibentuk  oleh   komunitas mikroba sebagai bentuk perlindungan  terhadap pengaruh  luar  termasuk diantaranya  antibiotik dan  sistem pertahanan tubuh (Donlan, 200D). Pengendalian plak   dapat dilakukan dengan  pembersihan secara  mekanis, serta penggunaan bahan antibakteri terutama untuk menekan  S. mutans sebagai koloni utamanya  (Kolenbrander  et al,2002).
Zat aktif yang selama ini dipergunakan dalam sediaan pasta gigi untuk mengatasi plak antara lain adalah fluor dan cetylpyridinium. Hanya saja fluor memiliki efek samping berupa fluorosis email dan harganya relatif mahal (Hasim, 2003: Pistorius et al., 2003). Sedangkan cetylpyridinium memiliki efek samping antara lain menyebabkan pewar naan gigi (Ciancio et al., 1978; Lobene dkk,, 1979). Oleh karena itu perlu dikembangkan bahan alternatif yang potensial untuk dikembang kan sebagai anti plak gigi.
Minyak atsiri temulawak dan cengkeh meru pakan minyak atsiri yang potensial sebagai inhibitor pertumbuhan planktonik maupun biofilm dari S. mutans (Hertiani et al., 2009). Ekstrak etil asetat dari temulawak bahkan telah dipergunakan secara komersial pada sediaan pasta gigi di Korea Selatan dan terbukti memiliki daya antiplak yang efektif. Senyawa aktif yang bertanggungjawab diketahui merupakan xanthor rizol (Kim et al., 2008; Hwang et al., 2006). Komponen tersebut merupakan komponen yang lazim ditemukan pada minyak atsiri temulawak (Agusta, 2000).
Penggunaan zat antimikroba dalam bentuk kombinasi memiliki keuntungan yaitu melalui efek sinergisme atau adisi, mengurangi kemung kinan terjadinya resistensi selain dapat meningkatkan efektivitas pengobatan, terutama jika ke duanya merniliki mekanisme aksi yang berbeda tetapi saling mendukung (Li & Tang, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Saginur dkk. (2006) menunjukkan bahwa kombinasi antimi kroba dapat meningkatkan susceptibilitas mikroba dalam biofilm. Penggunaan beberapa minyak atsiri dalam campuran dilaporkan mampu meningkatkan efektivitas antimikroba (Pan et al.,2003; Ouhayoun, 2003). Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh kombinasi minyak atsiri temulawak dan daun cengkeh terhadap potensinya sebagai inhibitor plak. Untuk mengetahui komposisi optimum campuran minyak atsiri tersebut digunakan metode simplex lattice design. Metode ini merupakan suatu desain untuk melakukan opti rnasi pada berbagai perbedaan jumlah komposisi bahan yang dinyatakan dalam beberapa bagian dengan jumlah total yang tetap, yaitu satu (Bolton,1997).
Disimpulkan bahwa Kombinasi minyak atsiri rimpang temulawak clan daun cengkeh tidak berpengaruh pada persen penghambatan pertumbuhan planktonik S. mutans, tetapi meningkatkan persen penghambatan pembentukan biofilm clan kemampuan degradasi biofilm. Komposisi kombinasi minyak atsiri optimum yang diperoleh adalah temulawak 55: cengkeh 45.
Sumber
Jurnal Dwi Prasasti, TrianaHertian. Potensi Campuran Minyak Atsiri Rimpang Temulawak dan daun Cengkeh Sebagai Inhibitor Plak Gigi. Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia - The Journal of Indonesian Medicinol Plant. Volume 3,No.2, Desember 2010
Warta Kaltim @2023-Jul