NEWS:

  • Berhasil Capai Kinerja Unggul, Jasa Raharja Raih Penghargaan dari The Asian Post
  • Sudoyo Plt. Kepala BKKBN RI: Pembangunan Kependudukan Konsentrasi pada Penduduk Usia Produktif
  • Rivan A. Purwantono Tekankan Semangat Sinergi dan Kolaborasi dalam Rakernas Serikat Pekerja Jasa Raharja 
  • Sukseskan Moto GP Mandalika, Rivan Purwantono dan Kakorlantas Polri Cek Kesiapan Pengamanan Personel
  • Jasa Raharja Raih Penghargaan Transformasi Layanan Publik dalam Ajang Inovasi Membangun Negeri

Kedaton Kerajaan Kutai Kartanegara pada masa Sultan Alimuddin Kerajaan Kutai merupakan salah satu kerajaan tertua di Indonesia yang diperkirakan berdiri sekitar abad ke-5 Masehi. Kerajaan ini berdiri di Muara Kaman, di daerah aliran sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Keberadaan Kerajaan Kutai diketahui dari prasasti yang berbentuk tiang batu (yupa). Prasasti tersebut ditemukan di Muara Kaman, tulisannya huruf Pallawa, sedangkan bahasanya adalah Sangsekerta.

Nama Kutai diberikan oleh para ahli dengan mengambil nama tempat ditemukannya prasasti yang menunjukkan eksistensi kerajaan tersebut. Tidak ada prasasti yang secara jelas menyebutkan nama kerajaan ini, dan memang sangat sedikit informasi yang dapat diperoleh.

Terdapat tujuh buah yupa yang menjadi sumber utama bagi para ahli dalam menginterpretasikan sejarah Kerajaan Kutai. Yupa berfungsi sebagai tugu peringatan, yang dibuat oleh para brahmana atas kedermawanan Raja Mulawarman. Dari salah satu yupa tersebut, diketahui bahwa raja yang memerintah kerajaan Kutai saat itu adalah Mulawarman. Namanya dicatat dalam yupa karena kedermawanannya menyedekahkan 20.000 ekor sapi kepada kaum brahmana. Adapun tulisan dalam yupa/prasasti tersebut adalah sebagai berikut:

“Sang Maharaja Kundungga, yang amat mulia, mempunyai putra yang masyhur, sang Aswawarman namanya, yang seperti Angsuman (Dewa Matahari) menumbuhkan keluarga yang sangat mulia. Sang Aswawarman mempunyai putra tiga, seperti api (yang suci). Yang terkemuka dari ketiga putra dari ketiga putra itu ialah sang Mulawarman, raja yang berperadaban baik, kuat, dan kuasa. Sang Mulawarman telah mengadakan kenduri (selamatan yang dinamakan) emas-amat-banyak. Untuk peringatan kenduri (selamatan) itulah tugu batu ini didirikan oleh para brahmana”.

Adapun isi prasasti tersebut menyatakan bahwa raja pertama Kerajaan Kutai bernama Kudungga. Ia mempunyai seorang putra yang bernama Asawarman yang disebut sebagai wamsakerta (pembentuk keluarga). Setelah meninggal, Asawarman digantikan oleh Mulawarman. Penggunaan nama Asawarman dan nama-nama raja pada generasi berikutnya menunjukkan telah masuknya pengaruh ajaran Hindu dalam Kerajaan Kutai. Hal tersebut membuktikan bahwa raja-raja Kutai adalah orang Indonesia asli yang telah memeluk agama Hindu.

Adapun raja-raja yang pernah memerintah di Kerajaan  Kutai adalah sebagai berikut:

  • Maharaja Kudungga, gelar anumerta Dewawarman (pendiri).
  • Maharaja Aswawarman (anak Kundungga).
  • Maharaja Mulawarman (anak Aswawarman).
  • Maharaja Marawijaya Warman.
  • Maharaja Gajayana Warman.
  • Maharaja Tungga Warman.
  • Maharaja Jayanaga Warman.
  • Maharaja Nalasinga Warman.
  • Maharaja Nala Parana Tungga.
  • Maharaja Gadingga Warman Dewa.
  • Maharaja Indra Warman Dewa.
  • Maharaja Sangga Warman Dewa.
  • Maharaja Candrawarman.
  • Maharaja Sri Langka Dewa.
  • Maharaja Guna Parana Dewa.
  • Maharaja Wijaya Warman.
  • Maharaja Sri Aji Dewa.
  • Maharaja Mulia Putra.
  • Maharaja Nala Pandita.
  • Maharaja Indra Paruta Dewa.
  • Maharaja Dharma Setia.

Dari deretan daftar raja-raja Kutai tersebut, raja yang paling berpengaruh adalah tiga raja pertama, yakni Kudungga, Aswawarman, dan Mulawarman. Sedangkan, Maharaja Dharma Setia adalah raja Kerajaan Kutai yang terakhir, yang dengan berakhirnya kekuasaannya, juga menjadi akhir bagi Kerajaan Kutai. Dharma Setia terbunuh dalam peperangan  melawan Aji Pangeran Anum Panji mendapa dari Kesultanan Islam Kartanegara. Terbunuhnya Maharaja Dharma Setia menandakan berakhirnya Kerajaan Kutai sekaligus menjadikan Dharma Setia sebagai raja terakhir Kerajaan Kutai.

Sementara itu aspek-aspek Kehidupan Kerajaan Kutai meliputi hal-hal berikut:

Aspek Sosial

Kehidupan sosial di Kerajaan Kutai ditandai dengan adanya pembagian golongan masyarakat, yaitu golongan Brahmana dan Kesatria. Golongan Brahmana menduduki status paling tinggi. Mereka menguasai bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa, serta menjadi pemimpin dalam upacara ritual keagamaan. Sedangkan, golongan Kesatria terdiri atas Kaum bangsawan atau para kerabat kerajaan. Adapun di luar golongan tersebut, terdapat rakyat yang masih memegang teguh tradisi nenek moyang.

Aspek Ekonomi

Kehidupan ekonomi kerajaan Kutai tidak diketahui secara pasti, kecuali telah disebutkan dalam salah satu prasasti bahwa Raja Mulawarman telah mengadakan upacara korban emas dan telah menghadiahkan sebanyak 20.000 ekor sapi kepada golongan Brahmana. Tidak diketahui dengan pasti asal emas-emas itu, apakah didatangkan dari India atau ditambang dari bumi Kutai. Begitu juga dengan Sapi dan Kuda , apakah merupakan hasil ternak kerajaan, hasil ternak rakyat, atau didatangkan dari tempat lain.

Aspek Keagamaan

Kehidupan masyarakat Kutai mendapat pengaruh agama Hindu. Hal ini dibuktikan dengan adanya hubungan yang erat antara Raja Mulawarman dan para Brahmana. Selain itu, juga adanya pembangunan tempat suci bernama wapakeswara untuk menghormati dewa-dewa dalam agama Hindu.

 Demikian sekilas tentang sejarah Kerajaan Kutai yang merupakan kerajaan Hindu tertua di Indonesia.

NEXT

WARTA UPDATE