Kelas

Search for glossary terms (regular expression allowed)

Glossaries

Kelas Glossaries: Psikologi-Sosiologi-Antropologi
Synonyms: Class

Para sosiolog mengidentifikasi kelas sebagai tipe fundamental stratifikasi (stratification) sosial, selain kasta (caste) dan perkebunan feodal (estates). Tradisi teoretis utama dalam analisis kelas diturunkan dari pemikiran MARX dan WEBER mengenai kemunculan struktur kelas baru dalam kapitalisme industrial pada abad kesembilan belas. Dalamhal ini, kelas didefinisikan secara ekonomi walaupun terdapat pandangan yang berbeda-beda berkenaan dengan determinan ekonomi. Tradisi alternatif yang ditemukan dalam beberapa kontribusi pemikiran di Amerika mengenai stratifikasi sosial adalah bahwa kelas tidak selalu bersifat ekonomi.

Marx menganalisis kelas dalam kaitannya dengan kepemilikan modal dan sarana produksi. Ia membagi populasi sebagai pihak yang memiliki properti dan pihak yang tidak memiliki properti: kelas kapitalis dan kaum proletar. Ia mengakui keberadaan kelompok-kelompok seperti kaum petani dan juragan kecil, yang tidak sesuai dengan kerangka pikirnya, namun menyatakan bahwa kelompok-kelompok itu adalah sisa- sisa perekonomian pra-kapitalis yang akan menghilang seiring dengan kematangan sistem kapitalisme. Marx tidak sekadar mengkaji posisi ekonomi masing-masing kelompok namun ia melihat kelas sebagai kolektivitas dan kekuatan nyata untuk mengubah kehidupan sosial. Dorongan yang terus-menerus dari para kapitalis untuk mengeruk keuntungan mengarah pada eksploitasi dan pemiskinan kaum proletar. Dalam keadaan-keadaan ini, para buruh akan membentuk kesadaran kelas (class consciousness). Kaum proletar akan bergerak dari kelas dengan sendirinya yang merupakan kategori ekonomi tanpa kesadaran akan dirinya, menjadi kelas bagi dirinya yang terdiri atas para buruh yang memiliki pandangan kesadaran kelas dan siap untuk melakukan konflik kelas melawan kaum kapitalis.  Weber membagi populasi ke dalam kelas-kelas berdasarkan perbedaan ekonomi dalam hal kapasitas pasar yang meningkatkan perbedaan kesempatan hidup (life chances). Modal adalah satu sumber kekuatan pasar, namun keahlian dan pendidikan adalah sumber lain. Seperti yang ditekankan oleh Marx, para pemilik properti membentuk kelas, tetapi mereka yang memiliki keahlian langka di pasar dan menghasilkan gaji tinggi membentuk kelas yang berbeda. Jadi, Weber membedakan empat kelas: kelas pemilik properti; kelas intelektual, administratif, dan manajerial, kelas borjuis kecil tradisional yang terdiri atas para pebisnis kecil dan pemilik toko; dan kelas pekerja. Konflik kelas adalah hal umum dan mungkin saja terjadi di antara kelompok-kelompok yang memiliki kepentingan berlawanan - misalnya, antara para pekerja dan manajer, alih-alih antara para buruh dan kaum kapitalis. Weber juga mencatat prinsip stratifikasi lain yang berbeda dari kelas, yaitu kehormatan sosial atau status. Pemikiran modem mengenai kelas sering kali menolak definisi Marxis. Pemisahan pemilik modal dari manajemen dan kontrol industri menjadikan kategori ketiadaan properti sebagai kategori yang cukup luas sehingga gagal membedakan kelompok-kelompok dengan posisi ekonomi berbeda, misalnya antara manajer dan pekerja pabrik. Demikian juga bahwa prediksi pemiskinan itu tidak terjadi. Teori kelas di Inggris dan Amerika telah berkembang ke berbagai arah yang berbeda. Para sosiolog di Amerika pascaperang memandang tidak ada kelas dalam masyarakat mereka. Sebagian hal ini disebabkan, menurut mereka, tidak ada perbedaan tajam dalam distribusi imbalan material yang mereka pandang bertingkat sesuai kontinum yang tidak terputus. Sebagian lagi disebabkan karena mereka percaya bahwa individu modem dapat dibedakan berdasarkan beragam faktor yang tidak terkait dengan kelas ekonomi, seperti pekerjaan, agama, pendidikan, atau etnisitas. Mereka mengacu pada pemikiran Weber mengenai status dan mengembangkan sebuah pendekatan multidimensional yang memandang status sosial dan prestise (prestige) sebagai faktor independen yang mengganti kelas ekonomi. Sebagian besar skema jenjang pekerjaan yang digunakan dalam studi ketidaksetaraan berasumsi bahwa pekeijaan dapat diranking sebagai lebih baik atau lebih buruk daripada yang lainnya berdasarkan pendapatan dan prestise.

Para sosiolog Inggris dalam periode ini awalnya menganggap pem-bagian kerja (division of labour) sebagai determinan kelas yang krusial, dan membagi pekerjaan kasar dan halus. Tampaknya hal ini bersesuaian dengan perbedaan secara ekonomi dan sosial. Pembagian itu mendasari klasifikasi Registrar General atas kelompok-kelompok sosial-ekonomi (socio-economic groups (SEGs)) dan kelas sosial-ekonomi. Klasifikasi itu bersifat sementara namun tampaknya telah diambil dari pemikiran Weber mengenai kesempatan hidup. Namun, pembedaan itu tidak lagi berguna karena terdapat banyak variasi sosial-ekonomi antara pegawai rendah halus dan terdapat perbedaan signifikan antara mereka yang berada di dasar dan puncak tangga pekerjaan halus. SEGs telah digan-tikan oleh klasifikasi sosial ekonomi (socio-economic classification (SEC) yang resmi. Klasifikasi ini diturunkan dari skema kelas yang dikembang¬kan oleh goldthorpe dan kawan-kawan dan merupakan klasifikasi yang lebih berguna bagi sosiologi.

Pada saat ini kelas didefinisikan dengan relasi dan keadaan peker¬jaan. Pandangan ini jelas merupakan pendekatan Weberian yang meng¬gunakan kriteria pasar dan situasi keija. Awalnya pembedaan itu ter diri dari: majikan yang mengupah dan mengawasi pekerjaan, karyawan yang menjual pekerjaannya kepada majikan atau perusahaan dan menempatkan dirinya di bawah pengawasan orang lain, dan majikan diri sendiri yang tidak berada dalam kelompok-kelompok itu. Pembedaan kedua didasarkan pada posisi karyawan yang terdiri dari berbagai pekerjaan dan situasi pasar. J. Goldthorpe (1987) mengelompokkan pekerjaan berdasarkan kontrak: kontrak pekerjaan dan relasi jasa (juga dikenal sebagai kontrak jasa). Yang pertama menunjukkan pertukaran upah atas kerja dengan sempit, sepanjang garis CASH NEXUS. Kontrak ini umum dijumpai pada kelas pekeija. Yang kedua bersifat jangka panjang dan merupakan relasi yang lebih rumit yang mana pegawai melayani organisasi untuk imbalan finansial yang lebih besar dan prospek promosi di masa depan. Relasi jasa juga memberi pegawai otonomi dalam pekerjaan dan sedikit pengawasan daripada kontrak buruh. Manajer atas dan pegawai senior lain berada dalam relasi jasa. Situasi pasar adalah imbalan material dan kesempatan hidup seperti gaji, keamanan, dan kesempatan untuk promosi. Situasi kerja adalah jatah pekerjaan, teknologi produksi, struktur relasi sosial dan sistem pengawasan dalam perusahaan. Diasumsikan bahwa terdapat kongruensi antara faktor-faktor itu, dalam hal imbalan pasar dan keadaan pekerjaan menjadi lebih baik seiring seseorang naik hierarki kelas dari pekerja kasar di bagian dasar menjadi manajer senior, dan lain-lain. Proses yang mentransformasi kelas dari kategori ekonomi ke dalam kelompok-kelompok sosial, yang lazim disebut strukturasi (structuration), telah banyak diperhatikan. Faktor- faktor-yang menentukan strukturasi meliputi pemukiman dalam komunitas kelas tunggal, rendahnya laju mobilitas sosial yang terus menahan orang berada dalam satu kelas, dan gaya hidup umum, yang semuanya cenderung mengubah kelas-kelas menjadi kelompok sosial yang tidak dapat teridentifikasi. Keragaman kelas dalam hal nilai-nilai sosial dan identifikasi politis dapat menambah kekhususan kelas.

Pembagian populasi menjadi tiga kelas -kelas pekerja, kelas lanjut, dan kelas atas- saat ini merupakan model sosiologi konvensional bagi struktur kelas di Inggris. Pekerja kasar ditempatkan dalam kelas pekerja: pekerja halus tingkat rendah seperti pegawai tata usaha dan teknisi rendah pada kelas lanjut. Manajer, administrator, dan kalangan profesional ditempatkan di kelas atas. Klasifikasi yang lazim digunakan adalah klasifikasi J. Goldthorpe dan klasifikasi oleh Social Mobility Group pada Oxford University. Goldthorpe telah mengidentifikasi sebelas kategori kelas sosial yang dapat dipadatkan menjadi tiga kelas sosial utama. Klasifikasi ini direproduksi dalam diagram di bawah ini. Kelas atas dinyatakan sebagai kelas jasa dalam skema ini walaupun beberapa sosiolog lebih memilih label salariat Sebuah pendapat mengkritik analisis kelas yang terlalu terpusat pada kaum laki-laki dan dengan ceroboh mengabaikan kaum perempuan. Perempuan memberi andil 45 persen dari angkatan kerja di Inggris Raya pada akhir 1990-an. Perempuan pekerja terpusat pada sejumlah pekerjaan: tata usaha dan bagian penjualan yang non-manual, dan pekerja pabrik tidak terlatih (misalnya: bagian kebersihan) yang merupakan pekerjaan kasar. Pekerjaan mereka cenderung tersegregasi dari laki-laki -pekerjaan tertentu menjadi jatah kaum perempuan- walaupun segregasi itu menurun dalam tingkat manajerial dan profesional. Mereka juga memiliki imbalan pasar yang lebih rendah dibanding laki-laki. Karena perempuan tidak terdistribusi merata pada lingkupan pekerjaan, • mengabaikan mereka akan menciptakan pemahaman yang terdistorsi mengenai bentuk struktur kelas, yang akan grtemengaruhl keseluruhan area.   

Dampak teoretis dan praktis perlakuan pria sebagai pusat analisis kelas telah diperdebatkan pada era 1980-an dan 1990-an. Satu wilayah masalah adalah konvensi yang menjadikan keluarga sebagai unit analisis dalam studi empiris transmisi ketidakadilan material dan kultural melalui berbagai generasi, misalnya penelitian mobilitas sosial (SOCIAL MOBILITY). Dalam rangka menempatkan keluarga pada posisi kelas, posisi kelas bagi semua anggota keluarga secara konvensional ditentukan ber-dasarkan pekerjaan suami/ ayah yang dianggap sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah utama. Ketika sebagian besar perempuan bekerja, konvensi ini pun menjadi problematik. Jika suami dan istri dapat ditempatkan pada posisi kelas yang berbeda berdasarkan pekerjaan masing-masing, posisi kelas bagi unit keluarga tidaklah dapat dipotong rata. Dengan cara yang sama, gaya hidup keluarga dengan dua pencari nafkah dapat berbeda signifikan dari gaya hidup yang keluarga lain yang hanya memiliki satu pencari nafkah. Lagi pula, beberapa feminis menyarankan bahwa perempuan yang bekerja tanpa upah di rumah telah diabaikan dengan tidak adil dalam teori kelas, karena pekerjaan mereka di rumah mendukung kemampuan bekerja anggota keluarga dalam pekerjaan yang diupah sementara mereka juga melahirkan generasi pekerja berikutnya.

Telaah kelas sosial di Inggris modem oleh G. Marshall et. al., (1988)' menunjukkan bahwa pengambilan individu sebagai unit analisis kelas dan memasukkan perempuan dalam basis yang setara memang memperbaiki pemahaman. Misalnya, perempuan bekerja pada setiap tingkat hierarki kelas memiliki situasi pasar dan pekerjaan yang inferior dibandingkan dengan laki-laki dalam lokasi yang sama. Mereka juga memiliki imbalan yang kecil atas kualifikasi formal, kesempatan yang lebih kecil untuk meningkatkan karier, dan dengan demikian juga mobilitas sosial. Poin terakhir ini menyarankan bahwa kesempatan laki-laki untuk bergerak naik kelas sosial akan menurun jika perempuan diperlakukan setara. Jadi, eksistensi perempuan bekerja ini membentuk proses kelas sosial yang penting ini. Rumah tangga yang lintas-kelas lazim dijumpai, tetapi, lokasi kelas dan lintasan kelas perempuan menikah dalam rumah tangga semacam itu lebih banyak dipengaruhi oleh atribut mereka sendiri (misal, kualifikasi formal mereka) daripada kelas yang 'kepala' keluarganya laki-laki. Satu-satunya wilayah di mana pengetahuan tentang 'kepala' keluarga laki-laki dapat memperkirakan pernikahan seorang perempuan menikah adalah kesetiaan politik: perempuan dalam keluarga lintas kelas cenderung untuk memberikan suara yang dapat diperkirakan melalui posisi kelas suaminya.

Teori kelas Marxis bangkit di Amerika dan Inggris pada era 1970-an dan 1980-an. Pemikir Marxis modem mengatasi masalah bagaimana' menempatkan pekerjaan-pekerjaan seperti manajemen dan profesi yang tidak termasuk baik pada kelas kapitalis maupun proletariat seperti yang dipahami secara tradisional. Sebuah pembedaan pun dibuat antara kelompok yang menjalankan fungsi modal (CAPITAI. FUNCI IONS) dan menyelenggarakan kekuasaan atas kepemilikan -dengan demikian men-definisikan kelas kapitalis terlepas dari apakah orang-orang di dalamnya benar-benar memiliki modal atau tidak- dan kelompok yang hanya menjalankan fungsi kerja atau merupakan kelas pekerja. E. O. Wright (1976), misalnya, membagi kekuasaan atas hak milik ke dalam tiga aspek: kendali atas alokasi dan investasi sumber daya, kendali atas aparat produksi fisik, dan kendali atas kekuatan buruh. Kelas kapitalis mengendalikan keseluruhan proses investasi, aparat produksi fisik dari kekuatan buruh. Kaum proletar dikecualikan. Kedua kelas itu berada dalam hubungan yang antagonistik, yang pertama mendominasi yang kedua. Dalam sistem ini kelas kapitalis terdiri dari eksekutif puncak perusahaan (dewan direksi), tetapi sebagian besar manajer menempati kelas perantara yang ambigu ('kontradiktif') karena mereka menjalankan beberapa tetapi tidak semua fungsi modal. Kelas proletariat meliputi semua karyawan tingkat rendah baik yang teknis maupun yang bukan. Belakangan Wright (1985) merevisi analisis terdahulunya secara substansial. Dasar dari pembagian kelas menjadi ketidaksetaraan distribusi aset dan pola- pola eksploitasi. Dalam kapitalisme aset utama adalah kepemilikan sarana produksi (modal) tetapi ada aset tambahan lain yang meliputi kontrol organisasi, keahlian dan bakat. Sebagian besar manajer, seperti buruh, tidak memiliki modal tetapi mereka juga memiliki kepentingan yang bertentangan dengan kepentingan buruh karena mereka mengendalikan aset organisasional dan aset keahlian. Tipologi kelas yang di- ciptakan dari irisan ketiga prinsip stratifikasi itu kompleks. G. Marshall et. al, (1988) menemukan bahwa tipologi Wright kurang berguna dari pada klasifikasi konvensional untuk memahami struktur dan proses kelas sosial di Inggris. Pemikiran Marxis modem dianggap lebih memadai.

Analisis kelas telah dikntik oleh beberapa sosiolog dengan argumen bahwa kelas sosial tidak lagi relevan untuk memahami masyarakat modern. mereka bahkan merayakan 'kematian kelas'. Mereka mengklaim bahwa tingginya tingkat mobilitas sosial-berarti bahwa kelas adalah determinai) kesempatan hidup yang lemah; bahwa prinsip-prinsip stratifikasi lain seperti ras dan gender tampaknya lebih berpengaruh; bahwa orang tidak lagi bertindak atau berpikir dalam kerangka diferensiasi kelas sehingga keterkaitan lama antara kelas dan keyakinan (misalnya kesetiaan politik) telah menghilang dan orang tak lagi percaya bahwa kelas dan perbedaan kelas itu signifikan. Klaim-klaim ini dikaitkan dengan teori sosiologi tentang perubahan ekonomi dan kultural dalam dunia kontemporer. Pos-Fordisme perekonomian dianggap telah mengacaukan kelas pekerja yang tidak lagi dapat dianggap sebagai kelompok sosial yang koheren, dipekerjakan sepenuhnya dan terorganisasi. Penurunan industri produksi massal lama, yang mempekerjakan sejumlah besar orang dalam pabrik-pabrik raksasa dengan pekerjaan penuh waktu dalam jangka waktu lama, telah diimbangi dengan pertumbuhan spesialisasi fleksibel (flbobie speoauzation) dalam produksi. Pada waktu yang sama, pola-pola baru lapangan pekerjaan telah berkembang yang meliputi pekerjaan-pekerjaan yang lebih fleksibel, lebih tidak terjamin, pekerjaan paruh waktu, dan lebih banyak karyawan perempuan. Teori sosiologi tentang posmodemisme menyatakan bahwa struktur sosial saat ini lebih kompleks dan lebih terfragmentasi daripada dulu. Pembagian ras dan gender yang lebih penting adalah bukti bagi perubahan- perubahan ini tetapi menurut posmodemisme wilayah pembagian sosial yang benar-benar krusial adalah pembelahan konsumsi (consumption cleavages) dan budaya konsumsi. Teori ini juga berpendapat bahwa saat ini individu memiliki kebebasan untuk memilih dan menciptakan identitas mereka sendiri, dan tidak ditentukan oleh faktor struktural seperti lokasi kelas seseorang. Perspektif tentang penurunan pengaruh kelas terhadap pilihan seseorang ini digaungkan kembali dalam analisis terkini tentang pemilihan suara (voting).

Namun, pandangan bahwa kelas tidak penting itu juga dibantah. Kajian tentang mobilitas sosial menunjukkan bahwa laju mobilitas mutlak mungkin telah meningkat tetapi tidak demikian halnya dengan laju relatif. Kelas masihlah faktor yang berpengaruh dalam peluang kehidupan pada masyarakat industri sementara di Inggris survei sikap menunjukkan bahwa orang masih menganggap kelas sebagai penting dalam hal perbedaan sosial dan keadilan sosial.

Bacaan: Crompton (1993), Pakulski dan Waters (1996).