Oleh : Abdurrahman Maulana Yusuf, S.E., M.Sc.*
Dosen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis CPNS Universitas Mulawarman
Fase pasca pandemi merupakan salah satu ujung tombak munculnya berbagai inovasi teknologi terutama dalam penggunaan internet. Disrupsi yang bertubi-tubi mendorong terjadi berbagai terobosan, tepatnya yakni evolusi internet, terutama dalam hal dunia pendidikan perguruan tinggi. Adaptasi dilakukan mulai dari pihak mahasiswa, dosen, tenaga kependidikan, hingga level kementerian yang bertanggungjawab dalam pengelolaan perguruan tinggi.
Seperti halnya profesi bidang lainnya, sebagai tenaga pendidik, tentu saja dituntut untuk mengikuti perkembangan era teknologi dalam hal pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan, lulusan perguruan tinggi juga dituntut untuk menerapkan teknologi jika berkiprah di dunia korporasi supaya mampu membantu produktivitas kinerja dan kualitas yang diharapkan. Namun, hal ini menjadi tantangan tersendiri karena banyak tenaga pendidik yang merupakan generasi boomer dalam melaksanakan jobdesk nya menggunakan teknologi terkini. Padahal, perkembangan teknologi ini sudah bisa lagi dibendung, sehingga pada profesi apa pun, harus mampu memaksa segala usia menggunakan teknologi terkini.
Sebagai dosen muda yang dituntut dalam penguasaan teknologi, tentu sudah paham mengenai tren metaverse dengan menggunakan Virtual Reality (VR) dan Augemented Reality (AR). Dalam benak kita bisa jadi mempertanyakan, mengapa di Indonesia, dengan kemampuan SDM inovasi teknologi seadanya, tetapi juga disamakan dengan perguruan tinggi di negara maju? Padahal sangat sulit dibendung karena sudah masuk ke ranah dunia pendidikan.
Sejak awal pandemi, kuliah online sudah mulai masif dilaksanakan oleh perguruan tinggi dan mendorong pengembang aplikasi untuk memperbaharui fitur video konferensi versi gratis maupun yang berbayar. Sama halnya dengan kuliah online, dengan adanya proses pembelajaran dengan metaverse, diharapkan mampu mewujudkan pembelajaran yang bermutu dan fleksibel. Metaverse memberikan pandangan lebih luas bahwa seorang pendidik bisa menyambungkan para mahasiswa walaupun berada di berbagai belahan dunia secara real time. Walaupun terkesan menjadi ancaman bagi tenaga pendidik, namun proses pembelajaran dengan metaverse penting untuk mulai dilaksanakan jika memenuhi kelengkapan yang dibutuhkan.
Sebagai tenaga pendidik yang juga sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) diharapkan juga mampu meningkatkan wawasan kebangsaan dan kompetensinya masing-masing dan sesuai dengan profesi apa pun yang digeluti agar mampu menjaga kedaulatan negara dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaan pada NKRI. Dalam membangun mental dan karakter mahasiswa dalam hal wawasan kebangsaan dan bela negara, kuliah metaverse dapat dilakukan secara mengajar virtual dari mana pun tanpa harus berada di dalam ruangan perkuliahan. tentu saja metaverse tidak akan menghilangkan metode konsep belajar tatap muka atau menghilangkan peran bijak dari tenaga pendidik.
Seiring dengan perkembangan jagat metaverse, para pengelola dunia perguruan tinggi perlu membangun dan mengembangkan strategi baru dalam mengeksplorasi fitur-fitur dalam inovasi teknologi pendidikan. Seorang tenaga pendidik harus tetap bisa memastikan bahwa nilai-nilai luhur bangsa Indonesia tetap tersampaikan ke mahasiswa agar mampu menghadapi masalah-masalah di kehidupannya dan menentukan jati diri masing-masing mahasiswa. Walaupun pada akhirnya peran tenaga pendidik juga tetap dibutuhkan di dunia nyata dan tidak menghapus sosok pendidik supaya dapat membangun mental dan karakter mahasiswa.
*Penulis: Abdurrahman Maulana Yusuf (Peserta Latsar CPNS Angkatan XXVIII Puslatbang KDOD LAN Samarinda RI)
---
Warta Kaltim @2022