Samarinda. Sosok seseorang dengan telinga yang panjang yang di gantungi besi melingkar seukuran gelang tangan dianggap suatu yang eksotis di era modern saat ini. Wisatawan dalam dan Luar negeri ingin melihatnya, bagi wisatawan yang ingni melihatnya bisa datang ke Desa Budaya Pampang, di desa setiap hari Minggu dari pukul 14.00-15.30 wita, didalam Rumah lamin dengan ukiran motif Dayak, wisatawan akan disajikan pertunjukan kesenian Dayak berupa tari-tarian, cucuk manik khas Suku Dayak Kalimantan, Mandau, Musik Sampek dan produk khas dayak berupa manik manik, serta wisatawan dapat melihat sosok telinga panjang.
Sekitar tahun 1960-an, Suku Dayak Apokayan dan Kenyah yang saat itu berdomisili di wilayah Kutai Barat dan Malinau, Mereka menempuh perjalanan dan berpindah-pindah selama bertahun-tahun, hanya dengan berjalan kaki. Untuk menyambung hidup, mereka singgah di tempat-tempat yang dilaluinya dan berladang. Kehidupan mereka terus berpindah-pindah untuk berladang. Sehingga akhirnya mereka sampai di kawasan Pampang. Akhirnya mereka hidup di Desa Pampang dan melakukan berbagai kegiatan masyarakat, seperti bergotong-royong, merayakan natal, dan panen raya.
Desa Pampang merupakan desa budaya Sejak tahun 1991, Gubernur Kaltim HM Ardans mencanangkan dan meresmikan Desa Pampang sebagai Desa Budaya, kemudian pada tahun 2015 lalu Walikota Samarinda, Syahrie Jaang meresmikan Desa Budaya Pampang berubah statu menjadi Kelurahan Budaya Pampang, berlokasi di Sungai Siring, Kota Samarinda, Kalimantan Timur dan merupakan objek wisata andalan Kota Samarinda.
Melalui desa ini, pemerintah berharap desa ini bisa terus memelihara dan melestarikan adat istiadat dan budaya masyarakat Dayak. Desa Budaya Pampang, kini kerapkali dikunjungi oleh wisatawan lokal dan mancanegara. Turis dan para pengunjung merasa penasaran ingin melihat langsung eksotisme budaya, adat istiadat dan sosok masyarakat Dayak, Sosok Telinga panjang yang memang sudah dikenal dunia.
Di Desa ini Setiap tahunnya, digelar acara memperingati ulang tahun Desa Pampang, yang disebut dengan nama Pelas Tahun. Desa Budaya Pampang Setiap tahunnya juga menggelar ritual yang hingga kini masih tetap dilestarikan yaitu upacara Junan. Upacara Junan merupakan ritual mengambil gula dari batang tebu dengan cara diperas menggunakan kayu ulin tradisi ini sendiri sudah berumur ratusan tahun, namun hingga saat ini masih tetap dijalankan atau diperingati oleh Masyarakat Pampang.
Telinga Panjang di Pampang Mulai di tinggalkan pada generasi muda Saat ini tinggal 4 (Empat) Orang yang ada sebagaimana di ceritakan Esrom Palan (12/09/2019) selaku kepala adat di desa budaya pampang:
“Yang sudah telinga panjang ada 4 orang. Dengan adanya kegiatan budaya, adanya pengunjung-pengunjung mencari telinga panjang, itulah salah satu daya tarik. Harapan saya budaya ini terus berkembang, tidak menutup kemungkinan anak-anak kita akan buat telinga panjang sendiri.”
Simbol, Keindahan dan jatidiri saling berkaitan, simbol yang diciptakan selalu meperhitungkan estetika, begitu pula bagaimana simbol itu di aplikasikan pada setiap media. Telinga panjang, tindakan budaya yang telah berlangsung berabad-abad telah menjadi identitas suku dayak (Baktiar, 2018: 44)
Simbol Identitas Telinga Panjang sudah mulai di tinggalkan, bahkan ada yang sebelumnya bertelinga panjang memilih untuk memotongnya. Hal ini juga dipaparkan Pakar Budaya dari Universitas Mulawarman Martinus Nanang kepada Warta Kaltim (27/11/2020):
” Sebagai eksotisme budaya tradisional bisa saja telinga panjang menarik perhatian orang dari budaya luar. Di dalam masyarakatnya sendiri praktik budaya tersebut sudah makin ditinggalkan, Artinya telinga panjang bukan merupakan simbol identitas perempuan Dayak masa kini”.
---
Daftar Pustaka Penunjang:
Bachtiar,Ati. 2018. Jejak Langkah Telinga Panjang. Jakarta: RBS Studio.