Oleh: Adharina Dian Pertiwi, M.Pd
Asisten Ahli PGPAUD - Universitas Mulawarman
Kebijakan pengembangan kurikulum merdeka belajar merupakan bentuk pembelajaran peserta didik yang mentransformasikan pendidikan demi terwujudnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dan memiliki profil pelajar Pancasila. Siswa memiliki ruang terbuka yang luas dalam mengeksplorasi dan mengekspresikan keinginan minat belajar sehingga memiliki jiwa kompetisi dan karakteristik yang baik. Karakteristik yang baik tersebut merujuk pada elemen profil pelajar Pancasila dimana siswa harus berakhlak mulia, mempunyai kebhinekaan global, mandiri, gotong royong, bernalar kritis dan kreatif. Nilai-nilai pada elemen profil pelajar Pancasila tersebut merujuk pada penanaman karakter anak terhadap pembiasaan perilaku yang harus dikembangkan. Unsur-unsur penanaman karakter meliputi kepedulian dan empati, kerjasama, berani, tangguh dan komitmen, adil, suka menolong, jujur dan integritas, mandiri, sikap peduli, tanggung jawab serta toleran.
Sikap peduli lingkungan merupakan salah satu wujud kepedulian terhadap lingkungan yang harus ditanamkan sejak usia dini. Kemampuan dalam memahami lingkungan sekitar dengan menjaga kelestarian melalui pemahaman sikap dan perilaku merupakan ecoliteracy. Terdapat kapasitas belajar dari pengalaman dan cara efektif dalam berhadapan dengan lingkungan terhadap organisme dan ekosistemnya, termasuk akibat yang timbul dari sebuah tindakan manusia. Ecoliteracy menggambarkan bahwa manusia memiliki kesadaran tinggi akan pentingnya lingkungan dalam hidupnya untuk menciptakan pemahaman tentang kesadaran ekologi global demi keseimbangan antara kebutuhan manusia dan kapasitas bumi untuk mempertahankannya. Wooltorton menyatakan bahwa terdapat enam elemen ecoliteracy yaitu (1) diri ekologis – adanya rasa ketertarikan dalam merawat dengan penuh kasih sayang; (2) rasa tempat dan kewarganegaraan aktif – keterlibatan dalam mengembangkan budaya lokal; (3) system berpikir dan hubungan – keterhubungan terhadap konteks dengan rasa relasionalitas; (4) paradigm ekologi – studi tentang hubungan keseluruhan pada pengetahuan yang kontekstual dalam pertimbangan proses dan studi pola; (5) pedagogi pendidikan berkelanjutan – partisipasi dan multidisiplin pada proses pembelajaran; dan (6) membaca dunia alam dan budaya – keterlibatan dengan alam sedini mungkin dalam ecoliteracy sebagai pijakan awal literasi. Dalam pemahaman ecoliteracy anak memahami lingkungan sehingga memiliki rasa empati dan menghormati sesama makhluk hidup dengan rasa kekaguman pada alam. Bagian kecil dari kegiatan ecoliteracy anak usia dini yaitu seperti anak mampu membuang sampah pada tempatnya, mampu merawat tumbuhan dan hewan yang ada di lingkungan sekitar, bangga dengan budaya lokal.
Sikap dan perilaku baik secara fisik, mental maupun sosial dengan disertai rasa sadar sepenuh jiwa yang dilandasi rasa cinta dalam menjaga, merawat dan menjamin kelangsungan hidup merupakan wujud dari bela negara. Ecoliteracy mengandung nilai kebaikan dan manfaat yang diwujudkan dalam hubungannya dengan lingkungan alam, lingkungan manusia dan lingkungan budaya di sekitarnya. Menjaga dan melestarikan kearifan lokal merupakan salah satu modal yang harus dimiliki dalam melakukan bela negara.