Kemajuan tegnologi dan pertambahan penduduk disertai semakin berkurangnya sumber daya alam, menuntut adaptasi secara kreatif dan kemampuan untuk pemecahan masalah yang imajinatif.
Perguruan tinggi saat ini penekanannya pada hapalan, sedangkan proses pemikiran tinggi termasuk berfikir kreatif jarang dilatih. Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga terjadi di negara-negara lain hal ini sudah dinyatakan 70 tahun yang lalu oleh Guilford dalam Munandar (1999:7) dalam pidato pelantikannnya sebagi Presiden dari American Psychological Asssociation, bahwa:
Keluhan yang paling plaing banyak saya dengar mengenai lulusan perguruan tinggi kita ialah bahwa mereka cukup mampu melakukan tugas-tugas yang diberikan dengan menguasai teknik-teknik yang diajarkan, namun mereka tidak berdaya jika dituntut memecahkan masalah yang memerlukan cara-cara yang baru.
Guilford menekankan betapa pendidikan dan penelitian dalam bidang kreatifitas sangat kurang.
Perhatian utama terhadap kreatifitas dan kesadaran akan pentingnya bagi dunia ilmu pengetahuan, Perusaahaan akan inovasi kreatif, Pemerintahan yang memiliki pegawai yang memiliki kreatif- inventif.
IQ Tidak Dominan dapat Menimbulkan Kreatifitas di Dunia Nyata.
Torrance, Getzel dan Jackson dan Yamamoto dalam Munandar (1999:9) berdasarkan studinya masing-masing sampai pada kesimpulan yang sama pada siswa, yaitu bahwa kelompok siswa yang kreatifitasnya tinggi tidak berbeda dengan prestasi sekolah dari kelompok siswa yang intelegensinya relatif tinggi. Torrorance mengajukan hipotesis bahwa daya imajinasi, rasa ingin tahu, dan orisionalitas dari subjek yang kreatifitasnya tinggi dapat mengimbangi kekurangan dalam daya ingatan dan faktor- faktor yang diukur oleh tes intelegensi tradisional.
Menurut Cropley Munandar (1999:9), true giftedness (keberkatan yang sesungguhnya) merupakan gabungan antara kemampuan kovensional (ingatan baik, berfikir logis, pengetahuan faktual, kecermatan, dan sebagainya) dan kemampuan kreatif (menciptakan gagasan, mengenal kemungkinan alternatif, melihat kombinasi yang tidak diduga, memiliki keberanian untuk mencoba sesuatu yang tidak lazim dan sebagainya)
Strategi 4P (Pribadi, Pendorong, Proses dan Produk) dalam Pengmbangan Kreatifitas
- Pribadi
Kreatifitas adalah ungkapan (ekspresi) dari keunikan individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Ungkapan kreatif ialah yang mencerminkan orisionalitas dari individu tersebut, diharapkan timbulnya ide-ide baru dan produk-produk yang inovatif. Oleh karena itu pendidik hendaknya dapat menghargai keunikan pribadi dan bakat-bakat siswa/mahasiswanya (jangan mengharapkan semua melakukan atau menghasilkan hal-hal sama atau mempunyai minat yang sama). Pendidik atau orang tua hendaknya membantu anak menemukan bakat-bakatnya dan menghargainya.
- Pendorong (press)
Bakat Keatif anak akan terwujud jika ada dorongan dan dukungan dari lingkungannya ataupun jika ada dorongan kuat dalam dirinya sendiri (motivasi internal) untuk menhasilkan sesuatu.
Bakat kreatif dapar berkembang dalam lingkungan yang mendukung, tetapi dapat pula terhambat dalam lingkungan yang tidak menunjang. Didalam keluarga, disekolah, di dalam lingkungan pekerjaan maupun di dalam masyarakat harus ada penghargaan dan dukungan terhadap sikap dan perilaku kreatif individu dan kelompok individu.
- Proses
Untuk mengembangkan kreativitas, anak perlu diberi kemampuan untuk bersibuk diri secara kreatif. Pendidik/orangtua hendaknya dapat merangsang anak untuk melibatkan dirinya dalam kegiatan kreatif, dengan membantu mengusahakan sarana prasarana yang diperlukan. Dalam hal ini yang penting ialah memberi kebebasan kepada anak untuk mengekspresikan dirinya secara kreatif , tentu saja dengan persyaratan tidak merugikan orang lain dan lingkungannnya.
- Produk
Kondsi yang memungkinakan seseorang menciptakan produk kreatifitas yang bermakna ialah kondisi pribadi dan kondisi lingkungan, yaitu sejauh mana keduanya mendorong (“press”) seseorang untuk melibatkan dirinya dalam proses (kesibukan, kegiatan) kreatif.
Dengan dimilikinya bakat dan ciri-ciri pribadi kreatif dan dengan dorongan (internal mapun eksternal) untuk bersibuk diri untuk kreatif , maka produk-produk kreatif yang bermakna dengan sendirinya akan timbul. Hendaknya pendidik/ orangtua menghargai produk kreatifitas anak dan mengkomunikasikannya kepada yang lain, misalnya dengan mempertunjukkan atau memamerkan hasil karya anak. Ini aka lebih menggugah minat anak untuk berkreasi.
DAFTAR PUSTAKA
Munandar,Utami.1999.Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat.Jakarta: Kerjasama Pusat Pembukuan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan PT. Rineka Cipta.
___
Diibuat/ Editor oleh Warta Kaltim pada 22 November 2020, akan di abdate berdasarkan literature dan penelitian lain. Tanggal abdate selalu di tulis di akhir artikel.